Di tahun 1960-an dunia penerbangan sering mengalami
kecelakanan yang diakibatkan oleh kerusakan konstruksi pesawat yang belum bisa
dideteksi.
Seperti halnya manusia,logam juga akan mengalami kelelahan. Nah
pada konstruksi pesawat khususnya sambungan antara badan dan sayap pesawat atau antara sayap dan dudukan mesin merupakan
titik rawan kelelahan logam ini. Dan
pada saat itu belum ada alat pendeteksi/pemindai sensor untuk mengatasi kelelahan
logam ini.
Sederhananya begini, bahwa ketika pesawat akan landing.
Ketika akan menyentuh landasan, bagian sambungan tersebut akan menanggung hempasan
tubuh pesawat dari gesekan angin dan beban pesawat. Pada saat kelelahan logam
terjadi, maka itulah awal dari keretakan atau yang biasa disebut crack.
Tentunya hal ini akan sangat membahayakan pesawat apabila hal tersbut tidak
terdeteksi dan tentunya resiko atas hal tersebut begitu besar, karena bisa
menyebabkan sayap pesawat langsung patah/terhempas.
Disinilah BJ Habibie menemukan rambatan titik crack tersebut. Bahkan perhitungan BJ Habibie
ini begitu rinci hingga pada perhitungan atomnya. Dan oleh temuannya tersebut
tentunya menjadikan pesawat lebih aman.
Sehingga didalam dunia penerbangan penemuan BJ Habibie ini disebut Crack
progression. Dan dari sinilah BJ Habibie mendapat julukan 'Mr. Crack'. Hingga saat in teori beliau tetap digunakan , dan sangat
tentunya sangat berperan penting dalam teknologi pengembangan pesawat.